BLOG INI MEMBAHAS TENTANG ANAK TUNA RUNGU

Minggu, 18 November 2012

Informasi Tentang Anak Tuna Rungu, Belajar Mendengar


Informasi Tentang Anak Tuna Rungu, Belajar Mendengar

Oleh: Dr. Rosmadewi, And.TW dalam Makalah “Mengajar Anak Bicara” yang diberikan pada Simposium Sehari “Mengenal Keterlambatan Wicara Pada Anak” (7 Agustus 2004)

Aktivitas sehari-hari pada anak-anak dapat digunakan untuk meningkatkan pendengaran, ujaran, bahasa dan berpikir. Perkembangan untuk meningkatkan pendengaran, terbagi dalam 3 bagian:
1. Diskriminasi fonem dalam suku kata.
2. Diskriminasi perkataan dalam ungkapan.
3. Memori auditori.
Bahasa dikembangkan melalui peningkatan pendengaran dengan menggunakan wicaranya berulang-ulang dan dengan perbedaan akuistik yang baik. Terapis harus mulai dari apa yang dipahami dan bermakna pada anak-anak tersebut. Bahasa dan berpikir dibina bersama kemudian dikembangkan dalam bahasa lisan, disesuaikan dengan cara berkomunikasi.
Dalam meningkatkan fungsi pendengaran, terdapat hubungan antara pendengaran, wicara, bahasa dan pemikiran di dalam semua aktivitas sehari-hari, dimana sasaran itu digolongkan di dalam 1 aktivitas. Belajar mendengar tidak berhubungan dengan umur.

1. Meningkatkan pendengaran dengan cara duduk bersebelahan dan dekat dengan pengguna Alat Bantu Dengar.
2. Mengurangi bunyi bising di sekitarnya, seperti bunyi radio, televisi, AC dan sebagainya.
3. Bantu anak-anak itu dengan cara menggunakan “motherese” agar wicaranya lebih jelas.
4. Pilih aktivitas yang sesuai dengan minat dan umur anak-anak tersebut.

Tahapan-Tahapan Peningkatan Kemampuan Pendengaran:
1. Deteksi
Untuk mengetahui ada atau tidaknya bunyi dilakukan dalam permainan, dimana anak-anak belajar memberi jawaban terhadap bunyi yang ia dengar. Frekuensi vocal yang mudah seperti (oo), yang sedang (ah) dan (brem-m-m), lebih mudah dideteksi oleh anak-anak, oleh karena mereka sering mendengar bunyi-bunyi konsonan tersebut, kemudian dilanjutkan dengan bunyi-bunyi konsonan (m-m-m), (b-b-b) dan bisikan (baa), maka akan menambah pengenalan pendengaran.
2. Diskriminasi
Membedakan bunyi dalam hal kualitas, intensitas, durasi dan nada. Apabila anak-anak keliru dalam berkata, maka mereka harus belajar membedakan bunyi dulu.
3. Identifikasi
Bila anak-anak itu mulai menggunakan perkataan yang bermakna, maka orang tua dapat menambah bagaimana pendengaran anak tersebut dalam pembendaharaan katanya melalui permainan atau aktivitas sehari-hari.
4. Pemahaman
Dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan, bercerita dan memberikan lawan kata.
Perkembangan Kemampuan Pendengaran
Perbedaan fonem dalam suku kata:
• Menanggapi variasi vokal. Contoh: /u/, /a/, /i/ dan suara (br-r-r).
• Menanggapi variasi konsonan. Contoh: (m-m-m), (b-b-b) dan (wa-wa).
• Peniruan gerakan fisik (permulaan untuk bicara).
• Mempergunakan peniruan kiu tangan (untuk produksi fonem spontan).
• Peniruan kualitas variasi suara supra segmental pada fonem atau variasikan nada, irama dan durasi. Contoh: (ae-ae) (ae-ae), (ma) (ma), (m-a-a-a).
• Peniruan pertukaran vokal diftong. Contoh: (a-u) (u-i) (a-i).
• Peniruan variasi konsonan pada friktatif (gesekan, mis: f-v), nasal (sengau, mis: m-ng) dan posif (letusan, mis: p-t). Contoh: /h/ /h/ dengan /m/ /m/ /m/ dengan /b/ /b/.
• Peniruan konsonan bersuara dan tidak bersuara, contoh: /b/ /b/ dengan /p/ /p/, kemudian variasikan dengan vokal. Contoh: (bo-bo) (pae-pae).
• Peniruan suku kata dengan konsonan-vokal. Contoh: (ba-bo), (mi-mu).
• Ganti komponen yang berlainan dan variasikan dengan vokal. Contoh: (ma-ma) (no-no); (bi-bi) (go-go).
• Variasikan suku kata konsonan dengan vokal yang sama. Contoh: (bi-di), ko-go).
Perbedaan perkataan dalam ungkapan:
• Memperkenalkan bunyi untuk kata yang bermakna. Contoh: ngung-ngung pesawat, ngeng-ngeng motor; tut-tut kereta api.
• Memperkenalkan 2 suku kata berlainan pada kata yang bermakna. Contoh: pisang, bunga.
• Memperkenalkan kata yang bermakna konsonan awal sama dan vokal yang bervariasi. Contoh: bola, botak, bonsai.
• Memperkenalkan kata-kata yang bermakna dengan perbedaan konsonan yang khas untuk p.o.a (point of articulation-penempatan alat ucap) dan m.o.a (manner of articulation -caranya).
• Memperkenalkan konsonan awal yang sama dan konsonan akhir yang berlainan. Contoh: cap, cat.
Memori Pendengaran:
• Mulailah dengan suara-suara yang berhubungan. Contoh: tik-tok dengan moo-oo-oo.
• Memahami dan melakukannya. Contoh: tutup pintu, buka pintu.
• Memperkenalkan kalimat dan mengulang kata-kata terakhir, kemudian kata-kata tengah. Contoh: Di mana bola kemudian lempar, lempar, lempar. Pegang hidung, hidung, hidung mancung.
• Memperkenalkan kalimat, dimana kata akhir diletakkan di tengah. Contoh: Ambil gelas kemudian letakkan gelas di atas meja.
• Pilih 2 objek kata dalam 1 kalimat. Contoh: Beri saya bola dan sepatu. Cuci kedua tanganmu.
• Memperkenalkan obyek dengan cara mendengarkan uraian dalam kalimat. Contoh: Bila engkau mempunyai sayap, engkau dapat melakukan terbang ke atas langit.
• Pilih 3 unit:
- 3 obyek. Contoh: saya mau buku, jeruk dan topi.
- Kata benda, kata depan. Contoh: anjing itu di bawah kursi.
- 2 obyek dan penghubung. Contoh: beri saya apel bukan jus apel.
- 2 kata benda ditambah kata kerja. Contoh: kuda dan ayam sedang minum, boneka dan kucing duduk di kursi.
- 1 kata kerja dan 2 obyek. Contoh: cuci tangan dan kaki.
• Memperkenalkan 4 sampai 5 unit:
- 4 obyek. Contoh: beri saya apel, buku, pensil dan penghapus.
- 2 kata kerja. Contoh: bapak sedang tidur dan ibu sedang duduk.
- Variasikan perbedaan kata penghubung, kata depan dan kata kerja. Contoh: ambil apel atau nanas di samping gelas itu atau berikan ibu jam bukan gelang.
- Menambah keterangan waktu. Contoh: sebelum kamu tidur harus gosok gigi dulu.
- Menambah uraian dalam kalimat. Contoh: Bapak makan kue dan minum teh kemudian duduk di depan televisi.
• Melakukan percakapan dari topik yang telah diketahuinya.
• Mendengarkan cerita dan menjawab pertanyaan.
• Melakukan percakapan dengan topik yang diketahui oleh keluarganya.

Sumber : http://anaktunarungu.multiply.com/journal/item/11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar